Info Penting
Selasa, 13 Mei 2025
  • PSB TPQ/TK/SDI/MTs Darul Hasanah Sudah dibuka Segera daftarkan Putra Putri Anda || Info pendaftaran Hub: 08562599768
  • PSB TPQ/TK/SDI/MTs Darul Hasanah Sudah dibuka Segera daftarkan Putra Putri Anda || Info pendaftaran Hub: 08562599768
5 April 2025

Tekad dan Perjalanan Hati Menuju Cahaya الهمة .. بقدر ما تتعنّى تنال ما تتمنّى

Sab, 5 April 2025 Dibaca 14x

Tekad dan Perjalanan Hati Menuju Cahaya

Tekad bukanlah jeritan keras yang keluar dari mulut, bukan pula derap langkah tergesa di jalan yang sempit.
Ia adalah gerakan sunyi dari ruang terdalam hati.
Di sanalah ia berdenyut, diam-diam membakar. Seperti cahaya yang tak bisa dipenjara,
himmah — tekad itu — selalu mencari langit, menolak dibelenggu bumi.

Dikatakan bahwa hati tidak dikuasai siapa pun kecuali pemiliknya.

Maka, ketika hati menyalakan nyalanya sendiri, siapa yang mampu meredupkannya?

Seorang yang memiliki himmah, bila ia mencatat satu tujuan, maka seluruh jiwanya akan menolak jalan yang rendah.
Ia akan seperti nyala api — meski disembunyikan, ia tetap menjilat ke atas.
Tak bisa disimpan. Tak mau diam. Ia terus naik… karena demikianlah kodrat cahaya.

Semakin hidup hati seseorang, semakin tinggi pula semangatnya.
Dan semakin tinggi semangatnya, semakin tajam kemauannya menembus gelap, semakin besar cintanya kepada cahaya.
Tapi berapa banyak dari kita yang memilih yang lebih rendah daripada yang lebih baik?
Berapa banyak yang menukar kebeningan hati dengan keinginan perut dan nafsu?
Kita tersibukkan oleh apa yang tidak mendatangkan manfaat, bahkan kerap membawa kesedihan dan kegelisahan.

“Jangan katakan,” kata seorang bijak, “bahwa pujian dan kemuliaan hanyalah urusan takdir.
” Sebab, siapa pun yang bersungguh, akan melihat jalan dibukakan.
Tapi hanya mereka yang mau menapakinya, yang akan sampai.

Maka wahai jiwa yang merindukan ketinggian, ketahuilah: himmah tak dibentuk dalam kenyamanan.
Ia ditempa dalam kesulitan.
Sebagaimana air mendidih menghasilkan uap, semangat yang tinggi lahir dari keringat dan air mata.
Dikatakan oleh para arifin: “Tiada kenikmatan bagi yang tak bersusah payah, dan tak ada istirahat bagi yang enggan berlelah.”

Jangan sesali lelahmu karena itu adalah tanda hidupmu.

Jangan ratapi waktu-waktu yang terasa sempit karena ia yang terbakar oleh cita, tak pernah mengeluh tentang ruang.

Dan bila engkau tergoda oleh rehat yang panjang, ingatlah: “Siapa yang memilih istirahat, ia akan kehilangan istirahat.
” Sebab, istirahat yang sejati hanya milik mereka yang telah menempuh jalan panjang dengan dada lapang.

Mereka yang tekadnya tinggi, tidak menyesali kehilangan dunia.
Mereka menangisi waktu-waktu yang terlewat tanpa dzikir. tanpa manfaat dan faidah
Kesedihan mereka bukan karena dunia yang menjauh, tapi karena diri yang luput dari dekatnya Allah. malas beraktifitas,
penyesalan mereka karena pernah memanjakan keinginan yang remeh temeh, syahwat, dan menyia-nyiakan waktu

Lalu, apa yang kau tunggu?

Bangkitlah, wahai hati. Sungguh, cahaya sedang menantimu di ujung langkah yang sabar.
Dan tak ada sesuatu pun yang setara dengan nikmat cahaya, meski ia lahir dari luka dan nyala yang menghanguskan.

12345

Tulisan tsb. terinspirasi dari

يا عالية الهمة .. بقدر ما تتعنّين تنالين ما تتمنين

قال الإمام المحقق ابن القيم رحمه الله: ( وقد أجمع عقلاء كل أمة على أن النعيم لا يُدرك بالنعيم، وأن من آثر الراحة فاتته الراحة، وأن بحسب ركوب الأهوال واحتمال المشاق تكون الفرحة واللذة، فلا

فرحة لمن لا هَمَّ له، ولا لذة لمن لا صبر له، ولا نعيم لمن لا شقاء له، ولا راحة لمن لا تعب له. بل إذا تعب العبد قليلاً استراح طويلاً، وكل ما فيه أهل النعيم المقيم فهو صبر ساعة !! )

أخيتي … متى نكون من العقلاء وندرك أن من آثر الراحة فاتته الراحة، وأن لا لذة لمن لا صبر له؟ !!