Tanamkan Rasa Malu dalam Diri Anak Sejak Dini
Malu adalah bagian dari fitrah yang baik yang dibawa oleh setiap anak sejak lahir. Namun, pendidikan yang diterimanya setelah itu bisa memperkuat atau merusak fitrah tersebut.
Sejak usia dua tahun, anak sudah mulai memahami dunia di sekitarnya, dan pemahamannya berkembang seiring waktu. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memastikan bahwa aurat anak tidak terbuka di depan orang lain (baik di hadapan anak-anak lain maupun orang dewasa) serta menghindari membuka aurat di depan anak, termasuk aurat ayah, ibu, saudara laki-laki, atau saudara perempuan, terutama setelah usia empat tahun.
Jangan pernah menganggap anak masih terlalu kecil untuk memahami apa yang dilihatnya. Sebab, semua yang dilihat anak – bahkan sejak usia dini – akan terekam dalam alam bawah sadarnya dan membentuk kepribadiannya, pemikirannya, serta nilai-nilainya di masa depan.
Ulasan dan Contoh
Malu dalam Islam bukan sekadar rasa takut atau canggung, tetapi merupakan bagian dari akhlak yang tinggi. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
“الحياء لا يأتي إلا بخير” (رواه البخاري ومسلم)
“Malu itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketika rasa malu ditanamkan sejak kecil, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih menjaga adab, perilaku, dan batasan dalam interaksi sosialnya.
Beberapa kebiasaan yang sering dianggap sepele oleh orang tua justru dapat mengikis rasa malu anak.
Contoh:
Sebaliknya, biasakan anak untuk memakai pakaian yang pantas dan menutup aurat sejak kecil agar terbiasa hingga dewasa.
Seiring bertambahnya usia, anak mulai memiliki kesadaran terhadap lawan jenis. Jika sejak kecil ia dibiasakan melihat aurat atau hal-hal yang tidak pantas, maka batasan rasa malunya bisa terkikis.
Contoh:
Untuk itu, ajarkan mereka adab berpakaian dengan menanamkan pemahaman bahwa tubuh memiliki batasan yang harus dijaga, bukan hanya karena aturan, tetapi karena itu adalah bentuk kehormatan diri.
Anak-anak banyak belajar dari lingkungan mereka. Jika orang tua ingin menanamkan rasa malu yang baik, mereka harus menjaga lingkungan rumah dan interaksi sosial anak.
Contoh:
Kesimpulan
Menanamkan rasa malu dalam diri anak sejak kecil bukan berarti menjadikannya penakut atau tidak percaya diri, tetapi membentuk akhlak dan adabnya agar ia tumbuh dengan rasa hormat terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Orang tua memiliki peran besar dalam membentuk kepribadian anak, termasuk dalam hal menjaga batasan aurat, adab berpakaian, dan sikap dalam kehidupan sehari-hari.
Jika rasa malu yang baik ditanamkan sejak dini, insya Allah anak akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih terhormat, bertanggung jawab, dan menjaga adabnya dalam pergaulan.